10 Langkah Menghadapi Kebakaran (6-10)

10 Langkah Menghadapi Kebakaran (6-10)
Dalam artikel sebelumnya: 10 Langkah Menghadapi Kebakaran (1-5), telah dibahas langka 1-5 dari 10 Langkah Menghadapi Kebakaran

Sebagai review langkah 1 sampai 5 tersebut meliputi:
  • Langkah 1: Meminta Bantuan
  • Langkah 2: Periksa Keselamatan Anda Sebelum Memadamkan Api
  • Langkah 3: Menilai Api
  • Langkah 4: Periksa jenis pemadam
  • Langkah 5: Menyiapkan Pemadam Api 

Langkah 6: Memadamkan Titik Api

Langkah 6: Memadamkan Titik Api

Bila anda menyemprotkan APAR kedalam api, mungkin hanyalah pekerjaan sia-sia. Agar api dapat padam harus dipastikan bahwa anda memadamkan pusatv titik apinya. Anda harus tenang dan menguasai situasi dalam melakukan pemadaman api. Sikap terburu-buru tidak akan menghasilkan pemadaman yang seharusnya.


Langkah 7: Ingat Singkatan C.A.R.A

Langkah 7: Ingat Singkatan C.A.R.A

  • CABUT: cabut pin pengaman
  • ARAHKAN : Arahkan selang penyemprot ke titik api
  • REMAS: Remas dan tekan gagang pemicu untuk menyemprotkan
  • RATAKAN: Ratakan ke seluruh sumber api.


Langkah 8: Kekuatan 10 Detik

 

Langkah 8: Kekuatan 10 Detik

APAR secara umum akan mampu menyemprotkan cairan atau serbuk pemadam selama 10 detik. Bila api belum padam dan Anda masih memiliki, Anda dapat menggunakan APAR yang lain. Namun bila tidak ada lagi dan api belum padam Anda harus memutuskan tindakan yang terbaik selanjutnya.
 

Langkah 9: Pantau Kondisi


Langkah 9: Pantau Kondisi

Pantau kondisi alokasi setelah api berhasil dipadamkan. Meninggalkan lokasi tanpa pemantaun cermat mungkin saja masih terdapat sisa bara yang dapat memicu kebakaran kembali. Pastikan semuanya telah padam dan Anda dapat mulai membersihkannya.


Langkah 10: Membeli Alat Pemadam Kebakaran yang baru segera

Langkah 10: Membeli Alat Pemadam Kebakaran yang baru segera

Setelah kebakaran teratasi dan alat pemadam telah habis terpakai, segeralah membeli yang baru. Jangan biarkan keselamatan Anda, keluarga dan property tidak terproteksi. Tindakan preventif jauh lebih murah dan aman dibandingkan dampak risiko kebakaran.

Artikel disadur  bebas dari artikel How to Use a Fire Extinguisher di situs www.wikihow.com

10 Langkah Menghadapi Kebakaran (1-5)

Menghadapi Kebakaran
Dalam kedaan tertentu baik itu di rumah, di sekolah, kantor atau mungkin di pabrik, kita menghadapi kondisi kritis saat muncul api yang tidak dapat kita kontrol.


Dalam kondisi kritis tersebut perlu dilakukan tindakan terarah agar semua resiko dapat dikendalikan lebih baik. 10 Langkah Menghadapi Kebakaran ini dapat diajarkan kepada keluarga, anak ataupun rekan-rekan kerja.


Berikut 10 Langkah Menghadapi Kebakaran:

Langkah 1: Meminta Bantuan


Langkah 1: Meminta Bantuan

Api dapat berkembang lebih besar dari yang Anda perkirakan, meminta bantuan profesional atau petugas jauh lebih baik dibandandingkan Anda tangani sendiri. Bila potensi kebakaran cukup besar anda dapat menelpon petugas pemadam kebakaran.
Untuk di Indonesia layanan Pemadam Kebakaran: 113 atau 1131.

Langkah 2: Periksa Keselamatan Anda Sebelum Memadamkan Api

Langkah 2: Periksa Keselamatan Anda Sebelum Memadamkan Api

  • Apakah Anda secara fisik mampu memadamkan api?
  • Carilah exit point. Pastikan bahwa ada jalan keluar yang mudah dalam kondisi darurat
  • Jangan memadamkan api jika kebakaran tersebut menyebabkan gas/asap beracun
  • Periksa keamanan struktur bangunan, hal ini untuk mengidentifikasi resiko penyebaran api dan dampak yang terjadi terutama untuk keselamatan Anda
  • Ingatlah bahwa hidup Anda lebih penting daripada properti, jadi jangan menempatkan diri sendiri atau orang lain pada risiko.

Langkah 3: Menilai Api

Langkah 3: Menilai Api

Anda harus menilai inti api dan bagian mana yang harus dipadamkan terlebih dahulu, Sebuah Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sangat berguna dan berharga dalam memadamkan api pada awal-awal untuk menghindari risiko kebakaran yang lebih besar. Namun ketika api telah terlampau besar perlengkapan pemadam yang lebih besar lebih dibutuhkan. Pemadam jenis trolly atau hydrant yang ditangani profesional/petugas pemadam akan lebih tepat.
Gunakan insting Anda kapan Anda sebaiknya mundur dan mengutamakan keselematan Anda.


Langkah 4: Periksa jenis pemadam

Langkah 4: Periksa jenis pemadam

Secara Umum ada lima kelas utama pemadam kebakaran : A, B, C,  D dan K.
  • Kelas A: ini cocok untuk kain, kayu, karet, kertas, macam plastik, dan kebakaran mudah terbakar biasa. Hal ini biasanya diisi dengan 2 1/2 galon (9,46 liter) air bertekanan.
  • Kelas B: ini cocok untuk minyak, bensin atau kebakaran berbasis minyak biasanya diisi dengan bahan kimia kering. Alat pemadam kecil dari £ 6 (2.72kg) tidak dianjurkan.
  • Kelas C: ini cocok untuk kebakaran listrik yang disebabkan oleh peralatan, peralatan, dan lainnya terpasang di gigi. Hal ini dapat berisi baik halon atau CO2. Halon 1211 dan 1301 sangat mahal dan menguras lapisan ozon, tetapi digantikan oleh agen-agen non-depleting seperti FM200. Perhatikan bahwa halon sekarang ilegal di banyak yurisdiksi.
  • Kelas D: ini digunakan untuk logam yang reaktif terhadap air seperti membakar magnesium dan akan berlokasi di pabrik-pabrik yang menggunakan logam tersebut. Muncul dalam bentuk bubuk yang harus mencakup bahan untuk memadamkannya.
  • Kelas K: ini mengandung tujuan khusus basah bahan kimia untuk digunakan dalam kebakaran dapur dan fryers untuk menghentikan kebakaran dimulai oleh minyak nabati, lemak hewan, atau lemak lain mulai dalam peralatan memasak.


Langkah 5: Menyiapkan Pemadam Api

Langkah 5: Menyiapkan Pemadam Api

Hampir semua alat pemadam api memiliki peniti atau pin sebagai pengaman. Pin ini biasanya terlihat seperti plastik atau cincin logam, yang diikat oleh segel plastik. Fitur khas akan bervariasi tergantung pada jenis pemadam api yang Anda miliki. Anda harus membuka segel dan tarik peniti dari pegangan sebelum Anda dapat menggunakan pemadam api dengan menekan tuasnya.

Untuk langkap ke-6 sampai ke 10 akan dibahas dalam artikel selanjutnya:
10 Langkah Menghadapi Kebakaran (6-10)

Download SNI 03-1745-2000 | Pipa Tegak

SNI  03-1745-2000

Download SNI  03-1745-2000 | Pipa Tegak

Topik:
Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Silahkan Download SNI  03-1745-2000 | Pipa Tegak

Sistem Pipa Tegak (Standpipe)

Sistem Pipa Tegak

Sistem Pipa Tegak (Standpipe)

Sistem Pipa Tegak (Standpipe) diartikan sebagai suatu susunan dari pemipaan, katup, sambungan slang, dan kesatuan peralatan dalam bangunan, dengan sambungan slang yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga air dapat dipancarkan atau disemprotkan melalui slang dan nozel, untuk keperluan memadamkan api, untuk mengamankan bangunan dan isinya, serta sebagai tambahan pengamanan penghuni. Ini dapat dicapai dengan menghubungkannya ke sistem pasokan air atau dengan menggunakan pompa, tangki, dan peralatan seperlunya untuk menyediakan pasokan air yang cukup ke sambungan slang

Standard dan regulasi untuk perencanaan dan instalasi sistem pipa tegak diatur dalam regulasi SNI  03-1745-2000 tentang Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung. Untuk lengkapnya dapat di Download SNI 03-1745-2000 | Pipa Tegak.


5 Tipe Sistem Stand Pipe

Berdasarkan pola kerjanya standpipe dibedakan menjadi 5 Tipe:

Automatic-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.

Automatic-Dry

Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan membuka suatu hose value.
  • Menghemat kerja pompa
  • Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.

Semi Automatic-Dry
Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan sistem.

Manual-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper.

Manual-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department connection.

Pipa Fire Hydrant

Pipa Fire Hydrant

Pipa Fire Hydrant

Fungsi Pipa Fire Hydrant adalah untuk menyalurkan atau mendistribusikan air ke titik-titik pengeluaran pada jaringan proteksi kebakaran.

Jangan pipa pada Fire Hydrant dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu:
  • Suction (Pipa Hisap);
  • Pipa Penyalur;
  • Pipa Header;
  • Pipa Tegak (Riser);
  • Pipa Cabang;
Suction Hydrant System

Suction (Pipa Hisap)


Suction (Pipa Hisap) adalah hydrant yang dilengkapi slang berdiameter 2.5". Penggunaannya diperuntukan bagi petugas kebakaran atau orang yang terlatih.


Pipa Penyalur


Pipa Penyalur adalah pipa yang terbentang dari pipa header sampai pipa tegak atau ke hydrant halaman. Diameter pipa bervariasi antara 4", 6", 8" sesuai dengan besar kecilmya sistem hydran yang dipasang.

Pipa Header


Pipa header dapat dikatakan sebagai pipa antara/penghubung utama, yang ukuran diameternya biasanya lebih besar dibandingkan pipa-pipa lainnya.

Pipa header sebagai tempat bertemunya pipa pengeluaran (discharge) dari pompa jockey, pompa utama, maupun pompa cadangan, sebelum masuk ke pipa penyalur.
Selain itu pipa header biasanya dihubungkan juga ke tangki bertekanan (pressure tank), tangki pemancing (priming tank), sirkulasi/by passke reservoir utama (safety valve), pressure switch, dan ke manometer untuk mengukur tekanan kerja pompa

Pipa Tegak (Riser)


Pipa tegak adalah pipa yang dipasang vertikal dari lantai terbawah ke lantai teratas dari bangunan yang dihubungkan dari pipa penyalur.

Pipa Cabang


Pipa cabang  adalah pipa yang dihubungkan dari pipa tegak sampai ke titik pengeluaran (outlet) hydrant pada lantai-lantai bangunan.

Pompa Fire Hydrant

Pompa Fire Hydrant
Pompa Fire Hydrant

Fungsi Pompa Fire Hydrant yang terpasang adalah untuk memindahkan air dalam tanki penampungan (reservoir) ke ujung pengeluaran atau pipa pemancar/nozzle.

Jenis Pompa Fire Hydrant terbagi atas:
  • Pompa Jockey;
  • Pompa Utama; dan
  • Pompa Cadangan;

Skema Pompa Hydrant

Pompa Jockey

Pompa Jockey berfungsi untuk menjaga tekanan stastis di dalam jaringan hydrant. Pada saat terjadi pengeluaran kecil atau kebocoran, maka pompa jockey akan bekerja secara otomatis untuk mengembalikan air pada tekanan semula yang direncanakan. Kondisi pompa jockey juga dimanfaatkan untuk memantau kebocoran-kebocoran yang terjadi.

Operasional kerja pompa jockey didesain secara otomatis untuk bekerja (start) pada saat salah satu katup pengeluaran dibuka atau bila terjadi kebocoran. Dan akan berhenti (stop) pada saat katup ditutup.

Secara umum sumber penggerak pompa jockey didapatkan dari listrik PLN atau sistem kelistrikan utama.

 

Pompa Utama

Pompa utama berfungsi sebagai penggerak utama air di sistem hydrant. Pompa utama akan bekerja setelah kapasitas maksimal pompa jockey terlampaui.

System kerja pompa utama didesain untuk hidup (start) secara otomatis dan mati (stop) secara manual melalui tombol stop/reset pada panel kontrol system hydrant.

Secara umum sumber penggerak pompa utama didapatkan dari listrik PLN atau sistem kelistrikan utama.

 

Pompa Cadangan

Pompa cadangan berfungsi sebagai penggerak cadangan sistem hydrant.

Pompa cadangan akan bekerja secara otomatis bila:
  • Pompa Utama bekerja melampaui kapasitas maksimalnya.
  • Terjadi kerusakan pada pompa utama
  • Pompa utama tidak dapat bekerja karena kegagalan suply listrik PLN
System kerja pompa cadangan didesain sama dengan pompa utama untuk hidup (start) secara otomatis dan mati (stop) secara manual melalui tombol stop/reset pada panel kontrol system hydrant.

Sumber energi pompa cadangan biasanya menggunakan mesin diesel atau sistem kelistikan independent.


Subsistem Fire Hydrant System

Subsistem Fire Hydrant System
Dalam merencanakan sebuah sistem hydrant ada beberapa subsistem yang harus diperhatikan. Subsistem Fire Hydrant tersebut meliputi:
  1. Persediaan Air;
  2. Pompa;
  3. Pempipaan;
  4. Komponen Hydrant;

Persediaan Air


Sumber Air 
Sumber air untuk memasok hydrant dapat berasal dari sumur bor dalam (Artetis), PDAM, sumber alami (sungai, danau, waduk, dsb) atau gabungan.

Bak Penampungan/Reservoir
Jenis bak penampungan air dapat berupa:
  • Ground Tank (reservoir bawah tanah)
  • Pressure Tank (tangki bertekanan)
  • Gravity Tank (reservoir atas dengan aliran berdasar gaya gravitasi)
Volume Reservoir
Sesuai dengan ketentuan dan peraturanvolume reservoir ditentukan oleh waktu penggunaan dan tingkat risiko atau klasifikasi ancaman bahaya kebakaran bagi bangunan yang diproteksi.
  • Klas ancaman bahaya kebakaran ringan : 45 menit penggunaan
  • Klas ancaman bahaya kebakaran menengah : 60 menit penggunaan
  • Klas ancaman bahaya kebakaran tinggi : 90 menit penggunaan
untuk pembahan subsistem selanjutnya akan dibahas dalam tutorial selanjutnya.